Rabu, 11 Januari 2012

Kenapa harus LINUX? dan perbandingan dengan UNIX


Meski rata-rata pemakai komputer hanya menggunakan Windows di PC desktop atau laptop mereka, praktis semua webhosting lokal menyediakan layanan berbasis Linux. Rata-rata malah hanya memiliki server Linux. Segelintir saja webhosting yang pengguna FreeBSD atau menawarkan hosting berbasis Windows NT/2000. Sebetulnya apa alasan mereka hingga pilihan jatuh pada Si Penguin?

Administrasi jarak jauh dan stabilitas. Alasan paling utama, menurut saya, adalah kemudahan administrasi jarak jauh dan stabilitas. Seperti kita ketahui, mesin webhosting umumnya tidak terletak di rumah atau kantor pemilik webhosting itu sendiri, melainkan ditaruh bersama server-server lainnya di ISP atau data center yang terhubung dengan jalur koneksi berkecepatan tinggi. Ini artinya, mesin tersebut harus dapat diatur dari jarak jauh melalui jaringan Internet. Masa ingin bolak-balik ke ISP—yang mungkin saja beda kota, pulau, negara? Sebuah mesin Unix/Linux amatlah natural dalam hal ini, sebab sejak zaman dahulu telah tersedia fasilitas telnet. Lewat telnet, seorang admin akan diberikan interface shell yang sama dengan jika ia berada di depan komputer secara fisik. Karena telnet ini berbasis teks, maka ia amat irit bandwidth. Lewat telnet/SSH, seorang admin dapat mengatur misalnya hingga belasan server langsung dari rumahnya sendiri. Semua perintah yang umum diperlukan, mulai dari menjalankan program, melihat status, manajemen pemakai, file, jaringan, mendownload/upload file dapat dilakukan melalui telnet. Hanya hal-hal tertentu saja yang butuh kehadiran fisik, seperti menekan tombol Power/Reset di casing CPU atau menukar harddisk/CD.
Windows NT memang memiliki RAS. Windows 2000/XP memiliki Terminal Services. Kita bahkan dapat menambahkan kemampuan telnet/SSH di Windows lewat program terpisah. Tapi apa yang bisa kita lakukan terhadap Windows melalui shell COMMAND.COM/CMD.EXE secara relatif jauh lebih terbatas ketimbang apa yang bisa kita lakukan terhadap sistem Unix lewat interface telnetnya. Windows pada dasarnya berpijak di atas konsep GUI (Graphical User Interface), yang lebih tidak alamiah atau boros bandwidth untuk diatur lewat jarak jauh. Program administrasi remote grafis seperti PC Anywhere atau Back Orifice saat ini terlalu lambat untuk bisa dipakai di Internet dan hanya cocok di lingkungan LAN berkecepatan tinggi. Telnet berbasis teks sendiri sudah cukup nyaman dipakai di atas koneksi modem dialup biasa.
Linux juga, bila dikontraskan dengan Windows 98 atau Me, lebih stabil dan jarang crash atau harus direstart jika terjadi perubahan atau penambahan program. Sistem operasi seperti Win Me jelas-jelas tidak layak menjadi sebuah server. Selain fasilitas multiuser yang praktis tidak ada, sistem operasi ini juga tidak stabil. Padahal sebuah server produksi harus berjalan terus-menerus dan mungkin diakses banyak orang sekaligus. Seringnya crash atau downtime pasti akan sangat menyusahkan.

Keterbukaan dan fleksibilitas. Linux dan Windows dapat dianalogikan dengan bahan makanan mentah dan hidangan jadi. Di Linux, banyak program tersedia dalam bentuk source code (kode asli atau sumber yang dipakai untuk menghasilkan program jadi) dan dapat diubah-ubah lalu dikompilasi ulang. Sementara Windows muncul di hadapan Anda sudah dalam bentuk tinggal pakai. Memakan “kue” Windows memang cepat dan praktis, tapi dalam kasus tertentu seseorang mungkin butuh meramu sendiri tepung terigu, telur, gula, dan bahan-bahan lainnya dalam komposisi berbeda, atau dengan tambahan/pengurangan komponen tertentu. Tentu saja sistem operasi Windows juga terdiri dari komponen-komponen, tapi dengan tersedianya source code, Anda dapat mempreteli habis Linux atau program-programnya sampai bentuk dan kelakuan mereka berbeda sesuai kebutuhan khusus tertentu.

Keamanan. Ini juga termasuk faktor penting dan penentu. Memang keamanan menjadi tanggung jawab admin dan pemakai juga, namun faktanya adalah kebanyakan admin Unix/Linux yang baik mengenal sistem operasinya dengan lebih dalam ketimbang seorang admin Windows. Tentunya ini dipengaruhi juga sifat keterbukaan dan fleksibilitas Linux, yang mengizinkan seseorang untuk mengoprek sepuas-puasnya untuk mengenal Linux luar dan dalam. Semakin dikenal baik, tentunya akan semakin diketahui kelemahan dan bolongnya, sehingga diketahui cara-cara mengamankan dan menutupi lubangnya.
Saya juga berpendapat bahwa Windows didesain dengan tujuan kemudahan di atas keamanan, jadi bisa ditebak dari sini bahwa jika tidak diurus dengan benar, sistem Windows akan cenderung lebih permisif dan terbuka bagi orang lain untuk ditembus lalu disalahgunakan.

Harga. UUD, Ujung-Ujungnya Duit. Perlu Anda ingat bahwa sebuah server resmi untuk bisnis tidak bisa menggunakan software dari CD bajakan Mangga Dua atau dari hasil crack sebuah download trial. Windows NT/2000, SQL Server, Exchange, dsb. jika ditotal harganya dapat mencapai jutaan rupiah—apalagi jika jumlah koneksi simultan atau jumlah pemakai yang ingin didukung banyak, sebab lisensi semakin mahal untuk banyak pemakai. Tidak semua orang atau perusahaan kecil kuat membeli produk dengan harga tersebut, maka banyak dari mereka yang melirik Linux. Linux tidak menguras kantong karena harganya gratis. Namun perlu dicatat bahwa, bergantung pada kondisi tertentu, biaya total kepemilikan dengan Linux bisa saja lebih rendah atau lebih tinggi. Selain biaya software, masih ada biaya hardware, maintenance, dan manusia. Seperti kita ketahui, harga pasaran gaji admin Unix lebih tinggi daripada admin Windows, karena skill yang dituntut untuk mengurus sistem Unix lebih tinggi.

Apa beda Unix dan Linux?

Bagian ini juga mungkin membosankan, boleh Anda lewat.
Dari tadi saya berkali-kali menulis Unix/Linux. Memangnya Unix dan Linux itu berbeda ya? Ya. Keduanya berbeda, tapi punya hubungan yang erat. Kita lihat sejenak sejarah kedua sistem operasi ini.
Unix sebetulnya telah ada sejak lebih dari 3 dasawarsa lalu—baru-baru ini Unix saja merayakan ulang tahunnya yang ke-30. Ini berarti jauh sebelum Apple atau Macintosh atau Windows lahir, yang berarti jauh sebelum Bill Gates kaya raya seperti saat ini.
Sejarah Unix panjang dan berliku-liku, mungkin jika dijabarkan akan memakan tempat satu buku tebal tersendiri. Cukuplah disebutkan di sini bahwa Unix pertama kali dibuat di Bell Labs, sebuah unit riset dan pengembangan di bawah AT&T (dan sekarang di bawah Lucent) untuk komputer mini PDP dan VAX. Versi terakhir yang ditulis Bell Labs sendiri adalah versi ketujuh (V7), 1979. Sejak 1974 Universitas of California, Berkeley, menggunakan Unix, dan sejak 1977 juga mulai mengembangkan Unix-nya sendiri (BSD). Sepanjang sejarahnya, Unix telah dikembangkan oleh berbagai vendor dan telah hadir dalam berbagai rupa dan rasa. Tidak semuanya gratis, tidak semuanya saling kompatibel. Unix popular karena portabel—ditulis dalam bahasa tingkat tinggi C sejak 1973 dan bukan assembly, sehingga mudah dipindahkan antararsitektur komputer—serta memiliki konsep sederhana dan elegan.
Linux sendiri baru muncul tahun 1991 dari tangan seorang mahasiswa Finlandia bernama Linus Torvalds. Ini berarti setelah Apple dan Macintosh dan NT, dan sudah pasti setelah Bill Gates kaya raya. Saat itu Linus bermain-main dengan Minix, sebuah sistem Unix untuk PC berbasis Intel. Karena berbagai keterbatasan Minix, maka Linus memutuskan untuk menulis sistem operasi sendiri! Maka lahirlah Linux. Sejak awal Linux telah dikembangkan oleh para peminatnya di seluruh dunia, karena sejak versi 0.02 telah dirilis di newsgroup Internet. Saat ini kernel (inti sistem operasinya itu sendiri) Linux telah mencapai versi 2.4, dan puluhan distro (kemasan Linux beserta program-porgram aplikasi) serta bisnis seputar Linux telah berkembang pesat. Linux popular karena alasan-alasan yang telah kita bahas sebelumnya tadi: gratis, berlisensi GPL, dan memiliki fitur-fitur seperti halnya Unix lain.
Jadi bisa dibilang Unix adalah keluarga sistem operasi, sementara Linux adalah sebuah tiruan Unix (Unix clone). Linux bisa digolongkan sebagai sebuah sistem Unix.
Unix dan Linux barangkali bukan sistem operasi yang paling superior dari segi teknik. Dulu Unix adalah upaya ulang yang lebih sederhana dari sebuah proyek ambisius bernama Multics. Unix juga pertama kali dibuat untuk dijalankan di komputer mini, bukan mainframe yang tercanggih pada waktu itu. Linux sendiri masih menggunakan arsitektur kernel monolitik ketimbang memakai sistem mikrokernel seperti Mach dan NT, yang secara teoritik lebih modular dan fleksibel. Namun Unix dan Linux tetap popular dan berkembang karena simplisitas. Karena jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar