Sabtu, 26 Juni 2010

Akhlak (perangai) dan Sifat (karakteristik) Da’i

Oleh Syaikh Abdul ’Aziz bin Abdullah bin Baaz



Adapun akhlak dan karakter yang seharusnya dimiliki oleh para du’at, maka Alloh Jalla wa ’Ala telah menjelaskannya di dalam banyak ayat di dalam beberapa tempat di dalam kitab-Nya yang mulia. Diantaranya adalah :

Pertama : Ikhlas. Wajib bagi setiap da’i untuk mengikhlaskan diri kepada Alloh Azza wa Jalla, bukan karena keinginan untuk riya’ (pamer supaya dilihat orang) dan sum’ah (pamer supaya didengar orang) dan bukan pula untuk mendapatkan pujian dan sanjungan manusia. Hanya saja ia berdakwah kepada Alloh untuk mengharap wajah Alloh Jalla wa ’Ala semata, sebagaimana firman Alloh Subhanahu :

”Katakanlah: Inilah jalanku, Aku menyeru hanya kepada Alloh.”


Dan firman-Nya :

”Siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang mengajak kepada Alloh.”

Maka wajib bagi anda untuk mengikhlaskan diri kepada Alloh Azza wa Jalla, dan hal ini merupakan akhlak yang paling penting dan sifat yang paling agung yang seharusnya anda gunakan di dalam dakwah anda, yang anda hanya mengharap wajah Alloh dan negeri akhirat.

Kedua : Dakwah juga harus dengan ilmu, karena ilmu itu merupakan kewajiban. Jauhilah berdakwah dengan kebodohan dan berkata-kata dengan sesuatu yang tidak anda ketahui. Sesungguhnya kebodohan itu akan menghancurkan tidak bisa membangun dan merusak tidak bisa membenahi.

Maka bertakwalah kepada Alloh wahai hamba Alloh, jauhilah berbicara tentang Alloh tanpa ilmu, dan janganlah anda berdakwah mengajak kepada sesuatu kecuali setelah anda mengetahui ilmu dan bashiroh (hujjah yang nyata) dari apa yang difirmankan Alloh dan disabdakan Rasul-Nya.

Dakwah haruslah dengan bashiroh, yaitu ilmu. Maka wajib bagi penuntut ilmu dan da’i untuk menggunakan bashiroh ketika berdakwah dan mencermati apa yang ia dakwahkan dengan dalil-dalilnya. Apabila telah jelas baginya kebenaran dan ia mengetahui kebenaran maka hendaklah ia berdakwah menyeru kepadanya, baik itu berupa perbuatan untuk mengamalkan atau meninggalkan, yaitu berdakwah kepada pengamalan apabila merupakan ketaatan kepada Alloh dan Rasul-Nya, dan berdakwah kepada meninggalkan apa yang dilarang Alloh dan Rasul-Nya di atas petunjuk dan bashiroh.

Ketiga : Anda haruslah berlemah lembut dan ramah di dalam dakwah anda dan bersabar sebagaimana sabarnya para rasul ’alaihimush Sholatu was Salam. Jauhilah sikap terburu-buru, bengis dan keras. Wajib bagi anda bersikap sabar, lemah lembut dan ramah di dalam dakwah anda. Telah berlalu bagi anda beberapa dalil yang menunjukkan hal ini, seperti firman Alloh Jalla wa ’Ala :

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”

Dan Firman-Nya Subhanahu :

”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka.”

Dan firman-Nya Jalla wa ’Ala di dalam kisah Musa dan Harun :

”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.”

Di dalam sebuah hadits shahih, Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :

”Ya Alloh, siapa saja yang mengatur sesuatu dari urusan ummatku dan ia bersikap lemah lembut kepada mereka maka bersikap lemah lembutlah padanya dan siapa saja yang mengatur sesuatu dari urusan ummatku dan ia bersikap kasar kepada mereka maka bersikap kasarlah pada dirinya.” Dikeluarkan oleh Muslim di dalam shahih-nya.

Maka wajib bagi anda wahai hamba Alloh, untuk bersikap lemah lembut di dalam dakwah anda dan jangan bersikap kasar kepada manusia. Janganlah anda menyebabkan mereka lari dari agama dan menyebabkan mereka lari dikarenakan sikap keras dan kejahilan anda, dan jangan pula dengan cara yang bengis yang malah menimbulkan madharat.

Anda wajib bersikap ramah dan bersabar serta berkata dengan lembut, halus dan baik sehingga mempengaruhi hati saudara anda dan mempengaruhi hati mad’u anda. Sehingga dia menjadi ramah dan bersikap lembut dengan dakwah anda serta terpengaruh dengannya, dan ia pun memuji anda dan berterima kasih kepada anda atas dakwah yang telah anda berikan padanya. Adapun sikap bengis, maka sikap ini hanya akan menyebabkan orang lari dari dakwah bukannya malah mendekatkan dan ia akan memecah belah bukannya mempersatukan.

Diantara akhlak dan karakter yang sepatutnya –bahkan wajib- dimiliki oleh seorang da’i adalah : hendaklah ia mengamalkan ilmunya dan ia dapat menjadi teladan yang shalih di dalam dakwahnya, bukan menjadi orang yang mengajak kepada sesuatu namun ia meninggalkannya, atau melarang dari sesuatu namun ia melakukannya. Ini adalah keadaan orang-orang yang merugi, na’udzu billahi min dzalik.

Adapun orang-orang mukmin yang beruntung, maka mereka adalah para da’i yang menyeru kepada kebenaran dan mengamalkannya lagi antusias dan bersegera di dalam mengamalkannya serta menjauhi segala apa yang dilarang. Alloh Azza wa Jalla berfirman :

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS ash-Shaaf : 2-3)

Telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bahwasanya beliau bersabda :

“Pada hari kiamat, didatangkan seorang pria kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka hingga usus-ususnya keluar terburai dari perutnya, lalu ia berputar-putar di dalamnya sebagaimana seekor kedelai berputar mengitari penggilingan. Para penghuni neraka pun berkumpul dan berkata kepada orang itu : wahai Fulan, apa gerangan yang terjadi denganmu? Bukankah kamu dulu senantiasa beramar ma’ruf nahi munkar? Ia menjawab : betul, aku dulu memerintahkan kepada yang ma’ruf namun aku tidak melaksanakannya dan aku melarang dari yang munkar namun aku mengerjakannya.”

Ini adalah keadaan orang yang berdakwah kepada Alloh, beramar ma’ruf dan nahi munkar kemudian perbuatannya menyelisihi ucapannya dan ucapannya menyelisihi perbuatannya, na’udzu billahi min dzalik.

Termasuk akhlak yang paling penting dan paling agung yang harus dimiliki seorang da’i adalah ia harus mengamalkan apa yang ia dakwahkan dan meninggalkan apa yang ia larang. Hendaklah ia menjadi orang yang berakhlak mulia dan berperangai terpuji, yang sabar dan senantiasa menjaga kesabarannya, yang ikhlas di dalam dakwahnya dan bersungguh-sungguh di dalam menyampaikan kebaikan kepada manusia dan menjauhkan mereka dari kebatilan, disamping itu juga mendoakan hidayah bagi mereka.

Hal ini termasuk akhlak yang terpuji, yaitu mendo’akan mereka untuk mendapatkan hidayah dan mengatakan kepada mad’u : Hadakallohu (semoga Alloh memberi anda pentunjuk), wafaqokallohu liqobuulil haq (semoga Alloh memberikan taufiq-Nya kepada anda di dalam menerima kebenaran), a’aanakallohu ‘ala qobuulil haq (semoga Alloh menolong anda untuk menerima kebenaran).

Anda mendakwahinya, menunjukinya dan bersabar atas aral rintangan, selain itu anda juga mendo’akannya dengan hidayah.

Nabi ‘alaihish Sholatu was Salam bersabda ketika ada yang mengatakan bahwa suku Daus telah berlaku durhaka :

“Ya Alloh tunjukilah Daus dan berikan petunjuk-Mu kepada mereka.”

Anda do’akan mereka hidayah dan taufiq untuk menerima kebenaran, bersabar dan tetaplah bersabar di dalam dakwah, janganlah anda putus harapan dan putus asa, dan jangan pernah anda mengatakan kecuali yang baik. Janganlah anda bersika bengis dan mengucapkan perkataan yang buruk yang dapat menyebabkan mereka lari dari kebenaran. Akan tetapi terhadap orang yang zhalim dan berbuat aniaya, maka ini masalahnya lain lagi, sebagaimana firman Alloh Jalla wa ‘Ala :

“Janganlah kalian berdebat dengan ahli kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali kepada orang-orang yang zhalim di antara mereka.”

Adapun orang zhalim yang menghadapi dakwah dengan keburukan, penentangan dan gangguan, maka memiliki hukum lain. Apabila memungkinkan, mendidiknya dengan cara dipenjara atau selainnya, dan mendidiknya itu haruslah menurut tingkatan kezhalimannya. Akan tetapi, apabila ia berhenti dari memberikan gangguan maka wajib bagi anda bersabar atasnya, mengharap (kebaikan atasnya) dan mendebat dirinya dengan cara yang baik serta memaafkan sebagian gangguan yang berkenaan dengan pribadi anda sebagaimana para rasul dan para pengikut mereka bersabar dengan lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar